Senin, 12 Juni 2017

STRUKTUR PUISI

Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi 

             Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi. Unsur ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi. Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:

1.    Diksi (pemilihan kata)
              Teori strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak gaul), aana(bahasa Arab),  (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.

2.        Pengimajinasian
                             Teori strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang.
itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih
.
3.         Kata konkret
              Teori strukturalisme menganalisis kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang
.
4.         Bahasa figuratif
           Teori strukturan menganalisis bahasa figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain
.
5.    Rima/ritme
       Teori struktural menganalisis rima/ritme sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi
.
6.    Tata wajah (tipografi)
        Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi, adalah sebagai berikut:

1.      Tema
              Teori strukturalisme menganalisis tema sebagai unsur ekstrinsik puisi. tema puisi merupakan gagasan utama pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa ”tema puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial”.
(http://ariesulistiari.blogspot.co.id/2015/05/pendekatan-struktural-dalam-analisis.html


Analisis puisi “Sajak Putih” Karya Chairil Anwar


  • Diksi
Diksi merupakan makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh, seperti:
Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan,  kejujuran, dan keihklasan. Jadi, sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur

  1. “Warna pelangi” adalah gambaran hati seorang pemuda yang sedang senang;
  2.  “Bertudung sutra senja” yang dimaksud adalah pada sore hari;
  3.  “Di hitam matamu kembang mawar dan melati” yang di maksud adalah   bola matanya yang indah.

bait ke II
  1. “Sepi menyanyi” yang di maksud adalah memohon (do’a) kepada Allah;
  2. “Muka kolam air jiwa” yang di maksud adalah bersedih hati;
  3. “Dadaku memerdu lagu” yang di maksud adalah berkata dalam hati;
  4. “Menari seluruh aku” menggambarkan rasa kegembiraan.

Bait ke III
  1. “Hidup dari hidupku, pintu terbuka” menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar;
  2. “Selama matamu bagiku menengadah” merupakan kiasan bahwa si gadis masih
  3. mencintai si aku, mau memandang wajah si aku;
  4. “Selama kau darah mengalir dari luka” yang di maksud adalah hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar;
  5. “Antara kita Mati datang tidak membelah” menggambarkan sampai kematian tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan.

Gaya Bahasa (Majas
1.      Pada baris ketiga bait pertama, yaitu “Dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik, biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat.
  1. Majas repetisi pada baris kesembilan bait ketiga, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”, menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan.


Tema
Tema dalam puisi  “Sajak Putih” adalah “Percintaan”. Dalam puisi Sajak Putih menceritakan seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan memikat terhadap seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu dan tertarik terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk saling menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata yang diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya masing–masing, tetapi si pria tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut mencintainya. Kedua insan tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak akan terpisahkan.


Pengimajinasian
            Dalam puisi “Sajak Putih” karya Chairil Anwar terdapat bait pusis yang menyatakan dan bisa membawa pembaca untuk masuk ke dalam imajinasi penulis seperti :
“Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba”
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Rima dan Irama
  • Rima dan ritma
Puisi “Sajak Putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan 12. Misalnya:
 Asonansi vokal (a)
Kau depanku bertudung sutra senja (baris ke dua bait pertama)
Harum rambutmu mengalun bergelut senda (baris keempat bait pertama)
  • Perasaan
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa bahagia karena kedua insan yang tadinya tidak mempunyai keberanian untuk saling menyatakan perasannya, tetapi pada akhirnya mereka mempunyai keberanian untuk saling menyatakaan perasaannya. Karena cinta yang dimiliki oleh kedua insan tersebut sangat tulus dan suci.
(
http://kumpulanpuisiindonesia.blogspot.co.id/2010/01/puisi-sajak-putih-chairil-anwar.html


  • Nada
Nada yang ditunjukan dalam puisi “Sajak Putih” ini adalah kegembiraan dan kebahagiaan. Nada gembira dan bahagia ini muncul karena, rasa gembira seorang pria yang memiliki seorang gadis yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan suci terhadapnya yang terlihat pada kata tali warna pelangi, sutra senja, menarik menari. Maka munculah benih-benih cinta diantara mereka. Unsur nada dalam puisi ini adalah  optimis, dan kesetiaan.
Unsur nada optimis      
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...(unsur nada kesetiaan)

  • Amanat
Dalam puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa jika kita mencintai seseorang harus berani untuk menyatakaan perasaan kita masing-masing, menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita, dan berusahalah untuk selalu mencintai dan ada disisinya sampai hembusan nafas terakhir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar