Senin, 12 Juni 2017

ANALISIS CERPEN YANG BERJUDUL “JANGAN DATANG KE ISTANA ANAKKU” MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURALISME GENETIK

 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karya sastra adalah sebuah cerminan atau gambaran keadaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, karya sastra dapat dijadikan sumber informasi mengenai tingkah laku, tradisi yang berlaku dalam masyarakat, dan karakteristik suatu jaman. Kondisi masyarakat tercermin dalam karya sastra sebagai pengamatan atau perenungan pengarang tentang aspek kehidupan. Hal ini berarti pula bahwa karya sastra merupakan pesan pengarang pada masyarakat atau pembaca yang telah dikemas dalam sebuah cerita (Luxemburg, 1992:6).
Karya yang dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra. Strukturalisme genetik merupakan gabungan antara strukturalisme dengan marxisme. Sebagaimana strukturalisme, strukturalisme genetik, memahami segala sesuatu di dunia ini, termasuk karya sastra, sebagai sebuah struktur (Faruk, 2012:158). Strukturalisme-genetik adalah analisis yang menyatukan aspek struktur dengan unsur historis yang dialektik, sehingga karya sastra pun harus dipahami sebagai totalitas yang bermakna. Karya sastra memiliki kepaduan total yang unsur-unsur pembentuk teksnya mengandung arti (Goldman dalam Kurniawan, 2012:104). Arti karya sastra dapat dipahami dalam konteks sosial masyarakat yang melatarbelakanginya. Di sinilah strukturalisme genetik berkaitan dengan sosiologi karena pemaknaan struktur karya sastra ditempatkan dalam struktur masyarakat (Kurniawan, 2012:104).
Dari kumpulan cerpen karya M Shoim Anwar yang berjudul “Jangan ke Istana, Anakku” yang bercerita tetang bagaimana, kehidupan seorang aya dan anak putri satu-satunya menginginkan sebuah istina seperti dongen cerita dongen. Tetapi di kehidupan nyata ayahnya tak ingin anaknya mempunyai istana melainkan sebuah gubuk, karena di kehidupan pada cerpen tersebut istana adalah sebbuah bencana bagi sang ayah dalam kehidupannya. Cerita cerpen ini sangat cocok jika di kaji dengan kajian teori struktural genetik.

Rumus Permasalahan
Rumus permasalahan dalam makalah ini yaitu
1.      Apa yang di maksud teori struktural generik?
2.      Bagaimana Analisis cerpen berjudul “Jangan Datang ke Istana Anakku” karya M Shoim Anwar?
                         
Tujuan
1.      Menegtahui teori struktural generik?
2.      Menegatuhi  Analisis cerpen berjudul “Jangan Datang ke Istana Anakku” karya M Shoim Anwar?
















PEMBAHASAN

TEORI STRUKTURAL GENETIK
Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Untuk itu, maka sebelum berbicara tentang strukturalisme genetik terlebih dahulu akan dibicarakan mengenai strukturalisme murni dengan berbagai kelemahannya.
        Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikansinya (Iswanto, 2003: 59-60).
        Karena pandangan keotonomian karya di atas, di samping juga pandangan bahwa setiap karya sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya pun tak perlu dikaitkan dengan karya-karya lain.
        Penelitian strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi jaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya politik, ekonomi. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra (suwardi, 2003: 56).
          Meskipun memiliki beberapa kelemahan, teori strukturalisme genetik telah teruji validitasnya dan memiliki beberapa konsep canggih yang tidak dimiliki teori sosial lain, seperti kelas sosial, subjek trans-individual, dan pandangan dunia. Dalam penjabaran yang lebih lanjut, teori ini juga memiliki beberapa konsep dasar yang menjadi unsur pembangunnya, meliputi fakta kemanusiaan, sujek kolektif, pandangan dunia: homologi, strukturasi, dan struktur, serta dialektika pemahaman-penjelasan.
           
1.1  Fakta Kemanusiaan

Fakta kemanusiaan merupakan landasan ontologis dari strukturalisme genetik. Adapun yang dimaksudkan dengan fakta tersebut adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta yang kedua mempunyai peranan dalam sejarah, sedangkan fakta yang pertama tidak memiliki hal tersebut. Fakta pertama hanya merupakan hasil perilaku libidinal seperti mimpi atau tingkah laku orang gila, namun fakta tersebut berdampak pada hubungan sosial, ekonomi, maupun politik antar anggota masyarakat (Faruk, 2010: 57).
Seperti pada cerpen “ Jangan Datang ke Istana Anakku” penulis mencoba memberikan sebuah gambaran tentang kehidupan kemanusiaan yang terjadi dalam hidup Aku atau tokoh “Ayah”. Di mana ada ketidak adlian yang ia rasakan dan ia tidak ingin apa yang ia rasakan berdampak dengan putri semata wayangnya. Ia bekerja sebagai penjaga di sebuah Istana, Istana itu memiliki suatu hal yang mengerikan karena kekuasan dan peraturan orang istana yang tidak punya peri kemanusiaan seperti yang tertulis pada cerpen berjudul “Jangan ke Istana Anakku” “tapi hingga kini perempuan-perempuan cantik itu ta ada yang kembali ke desanya. Kabar mengerikan malah menyeruak, konon perempuan-perempuan itu di jadiakan wadal alias tumbal istana, dimasukan ke sumur lorong gelap bawah tanah yang di huni nyi Blorong peliharaan istana”


1.2  Subjek Kolektif
Telah dibahas sebelumnya bahwa fakta kemanusiaan merupakan hasil dari aktivitas manusia sebagai subjeknya. Subjek dapat dibagi menjadi dua, sesuai dengan fakta yang dihasilkannya: subjek individual yang menghasilkan fakta individual (libidinal), dan subjek kolektif yang menghasil fakta sosial (historis) (Faruk 14).
Strukturalisme genetika melihat subjek kolektif sebagai sesutau yang penting karena subjek kolektif mampu menghasilkan karya-karya kultural yang besar yang sering menjadi topik utama dalam karya sastra, contohnya revolusi sosial, politik dan ekonomi (Faruk 14-15). Jika kita menggunakan terminology Goldmann, maka fakta-fakta sosial tersebut dihasilkan oleh subjek trans-individual (Goldmann 97), dimana subjek trans-individual bukanlah individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan, satu kolektivitas (Faruk 15).

CPandangan Dunia (World View)

Pandangan dunia adalah sebuah perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia dengan sesamanya dan dengan alam semesta. Pandangan dunia adalah fakta historis dan sosial, yang merupakan keseluruhan cara berfikir, perasaan dan tindakan dimana pada situasi tertentu membuat manusia menemukan diri mereka dalam situasi ekonomi dan sosial yang sama pada kelompok sosial tertentu . Karena merupakan fakta sosial yang berasal dari interaksi antara subjek kolektif dengan sekitarnya, pandangan dunia tidak muncul dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru (Faruk 16).

D. Struktur Karya Sastra

Sebagaimana yang disampaikan di atas, karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Karena itulah strukturalisme genetik melihat karya sastra sebagai struktur koheren yang terpadu. Menurut Goldmann, karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner, dimana pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner pula. Hal itulah juga yang menurut Goldmann membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi (Faruk 17).
Dari pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa Goldmann ternyata memfokuskan perhatiannya pada hubungan antar tokoh dan antara tokoh dengan lingkungannya. Dalam bukunya The Sociology of Literature: Status and Problem of Method, Goldman mengatakan bahwa hampir seluruh karyanya penelitian dipusatkan pada elemen kesatuan, dalam rangka menguak struktur yang koheren dan terpadu yang mengatur keseluruhan karya sastra (Faruk 17).
Dalam kaitannya dengan konsep struktur karya sastra, Goldmann berpendapat bahwa novel merupakan cerita tentang pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi, dan pencarian itu dilakukan oleh seorang pahlawan (hero) yang problematik. Yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentik itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel. Dengan begitu, nilai-nilai tersebut hanya dapat dilihat dari kecederungan terdegradasinya dunia dan problematiknya sang hero. Itulah sebabnya, nilai otentik hanya berbentuk konseptual dan abstrak , serta hanya berada dalam kesadaran penulisnya (Faruk 18).
Goldmann membagi novel dalam tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, dimana tokohnya masih ingin bersatu dengan dunia, namun karena persepsi tokoh tersebut bersifat subjektif, idealismenya menjadi abstrak; novel romantisme keputusasaan, dimana kesadaran tokohnya terlampau luas dari dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia; dan yang terakhir adalah novel pendidikan, yang menampilkan pahlawan yang mempunyai kesadaran akan kegagalannya ketika ingin bersatu dengan dunia karena memilki interioritas (Faruk 19).

E. Dialektika Pemahaman-Penjelasan

Dalam perspektif strukturalisme genetik, karya sastra merupakan sebuah struktur koheren yang memiliki makna. Dalam memahami makna itu Goldmann mengembangkan metode yang bernama metode dialektik. Prinsip dasar metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah koherensi di atas adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan. Untuk itu metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep yaitu “keseluruhan-bagian” dan “pemahaman-penjelasan” (Faruk 19-20).
Dialektik memandang bahwa tidak ada titik awal yang secara mutlak sahih dan tak ada persoalan yang secara mutlak pasti terpecahkan. Setiap gagasan individual akan berarti jika ditempatkan dalam keseluruhan, demikian juga keseluruhan hanya dapat dipahami dengan menggunakan fakta-fakta parsial yang terus bertambah. Dengan kata lain, keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian, dan bagian tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan (Faruk 20).
Sebagai sebuah struktur, karya sastra terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil, yang mana dengan mengidentifikasinya akan membantu kita memahami apa sebenarnya karya tersebut. Namun teks sastra itu sendiri merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar yang membuatnya menjadi struktur yang berarti. Dalam memahaminya harus juga desertai usaha menjelaskanya dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar. Inilah sebenarnya konsep dialektika “pemahaman-penjelasan”, dimana pemahaman adalah usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna itu dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar.

Analisi cerpen “ Jangan Datang ke Istana Anakku “
Cerpen karya M Shoim Anawar dengan judul “Jangan Datang ke Istana Anakku”. Adalah cerpen yang cocok di kaji dengan kajian teori structural genentik seperti penjelasan apa itu teori structural genetic di atas. Cerpen ini bercerita tentang tokoh Aku sebagai sosok Ayah pada cerpen memiliki putri semata wayang. Dan hanya tinggal berdua dengan sang putrid kesayangannya. Tokoh aku yang pernah bekerja di sebuah istana sebagai penjaga istana seperti yang di kutip pada cerpen M shoim Anwar “ aku adalah bagian dari pasukan penjaga istana. Tak boleh basa basi pada siapa pun di sana. Tata cara tertulis dengan tinta yang tak mungkin di ubah.”. sang putrid sangat menginkan sebuah Istana untuknya dan sang putri sangat ingin tinggal di istana. Tetapi sang ayah hanya ingin membangun sebuah gubuk untuk putrinya. Karena pandangan tokoh ayah sangat berbeda tentang sebuah istana. Sewaktu ia masih bekerja untuk istana dia harus kehilangan sang istri karena egeosian peraturan para penghuni istana yang tidak adil. Sang istri dengan nekat menemuinya ketika ia sedang bertugas maka sebagai hukuman karena sang istri melanggar peraturan istana maka sang istri di bawa oleh para penghuni istana dan tidak kembali lagi. Itu lah yang ia rasakan dengan ketidak adilan pada sosial ekonomi zaman pada cerita cerpen tersebut bagaimana sebuah peraturan di buat dengan ketidak manusiaan dan beberapa cerita misteri tentang istana tersebut yang ia ketahui dan tidak ingin jika terjadi pada anaknya seperti kutipan pada cerpen tersebut “ perihal penari istana memang sudah banyak yang mendengar. Orang-orang suruhan istana juga kelayapan mencari para perempuan cantik untuk di bawa ke istana dengan dalih mau di jadikan penari, khusus menghibur keluarga istana bserta tamu-tamu angungnya. Sesekali memang terdengar alunan gending dari dalam istana. Tapi hingga kini perempuan-perempuan cantik itu tak ada yang kembali ke desanya. Kabar mengerikan malah menyeruak konon perempuan-perempuan cantik itu di jadikan wadal alias tumbal istana, di masukan ke sumur lorong gelap bawah tanah yang di huni oleh Nyi Blorong peliharaan istana” hal seperti itu juga terjadi pada istri tokoh aku yang menjadi salah satu korban ketidakmanusiaan yang di lakukan oleh keluarga istana dengan peraturannya yang tidak adil. Sang putri terus bersih keras untuk dating ke istana ingin menemui ibunya. Tetapi tokoh si aku tidak mengijinkan hal itu ia tidak ingin pihak istana juga merampas sang purtri kesayangannya. Peraturan istana memang tidal adil baginya. Dengan tidak punya hati pihak istana telah merampas dan tidak mengemabalikan istrinya di sini lah pandangan hidup kemanusiaan di tulis oleh sng penulis cerpen dengan judul “Jangan Datang ke Istana Anakku”. Si tokoh di gamabrkan sebagai manusia yang di perbudak dengan tidak adil di rampas semua kebahagiaannya. Tokoh aku bersihkeras agar anaknya tidak menginginkan istana. Karena istana yang ia ketahui sesunggunya tidak seindah yang di pandang angan oleh sang putrid. Sampai suatu hari pihak istana dating dan membawa paksa sang putrid ke istana dan sang putrid tidak kembali lagi dai istana tersebut.











PENUTUP
Kesimpulan
Dari analisis cerpen di atas pandanga penulis menganai struktur genetic. Adalah ingin menjelaskan tentang soal kehidupan manusia dengan mengatas namakan kekuasaannya yaitu pihak istana yang dengan serakah dan membuat perturan tidal adil untuk para oekerjanya. Dan pandangan kehidupan sebagai seorang pegawai dengan pekerjaan dan upah yang tidak adil seperti tokoh si aku yang pekerja sebagai pengawal istana yang harus kehilangan istri dan anaknya yang di rampas oleh pihak istana. Dan berbagai konfil dan masalah yang di tulis oleh M Shoim Anwar dalam cerpen berjudul “Jangan dating ke Istana Annaku” ini berceita tentang pandangan hidup dunia yang masih serakah dengan mengatasnama kan sebuah jabatan tinggi.


Refrensi
1.      Anwar Shoim. M, 2017, “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Pustaka Ilalang
2.      Ferdian. Alfi, 2013, “Analisis Struktur Genetik” (alfismamda.blogspot.co.id/2013/05/analisis-strukturalisme-genetik.)
3.      Kompasiana, 2011 “Teori Struktural Genetik dalam Penelitian Sastra” (kompasiana.com/ukonpurkonudin/teori-struktural-genetik-dalam-penelitian-sastra_5500e4c18133110e51fa7554








ANALISIS CERPEN YANG BERJUDUL “JANGAN DATANG KE ISTANA ANAKKU”  MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURALISME  GENETIK

Dosen Pembimbing :
Dr. M. Shoim Anwar. M.Pd

Mata Kuliah :
Teori Sastra


Oleh :
Karina Dwi Prasita (165200052)
PBSI / 2016 B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SUARABAYA
2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar