PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karya
sastra adalah sebuah cerminan atau gambaran keadaan masyarakat tertentu. Oleh
karena itu, karya sastra dapat dijadikan sumber informasi mengenai tingkah
laku, tradisi yang berlaku dalam masyarakat, dan karakteristik suatu jaman.
Kondisi masyarakat tercermin dalam karya sastra sebagai pengamatan atau
perenungan pengarang tentang aspek kehidupan. Hal ini berarti pula bahwa karya
sastra merupakan pesan pengarang pada masyarakat atau pembaca yang telah
dikemas dalam sebuah cerita (Luxemburg, 1992:6).
Karya yang dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, dapat
mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan
unsur-unsur intrinsik karya sastra. Strukturalisme genetik merupakan gabungan
antara strukturalisme dengan marxisme. Sebagaimana strukturalisme,
strukturalisme genetik, memahami segala sesuatu di dunia ini, termasuk karya
sastra, sebagai sebuah struktur (Faruk, 2012:158). Strukturalisme-genetik
adalah analisis yang menyatukan aspek struktur dengan unsur historis yang
dialektik, sehingga karya sastra pun harus dipahami sebagai totalitas yang
bermakna. Karya sastra memiliki kepaduan total yang unsur-unsur pembentuk
teksnya mengandung arti (Goldman dalam Kurniawan, 2012:104). Arti karya sastra
dapat dipahami dalam konteks sosial masyarakat yang melatarbelakanginya. Di
sinilah strukturalisme genetik berkaitan dengan sosiologi karena pemaknaan
struktur karya sastra ditempatkan dalam struktur masyarakat (Kurniawan,
2012:104).
Dari kumpulan cerpen karya M Shoim Anwar yang berjudul
“Jangan ke Istana, Anakku” yang bercerita tetang bagaimana, kehidupan seorang
aya dan anak putri satu-satunya menginginkan sebuah istina seperti dongen
cerita dongen. Tetapi di kehidupan nyata ayahnya tak ingin anaknya mempunyai
istana melainkan sebuah gubuk, karena di kehidupan pada cerpen tersebut istana
adalah sebbuah bencana bagi sang ayah dalam kehidupannya. Cerita cerpen ini
sangat cocok jika di kaji dengan kajian teori struktural genetik.
Rumus
Permasalahan
Rumus
permasalahan dalam makalah ini yaitu
1.
Apa
yang di maksud teori struktural generik?
2.
Bagaimana
Analisis cerpen berjudul “Jangan Datang ke Istana Anakku” karya M Shoim Anwar?
Tujuan
1.
Menegtahui
teori struktural generik?
2.
Menegatuhi Analisis cerpen berjudul “Jangan Datang ke
Istana Anakku” karya M Shoim Anwar?
PEMBAHASAN
TEORI
STRUKTURAL GENETIK
Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di
dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan
strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Untuk itu, maka sebelum
berbicara tentang strukturalisme genetik terlebih dahulu akan dibicarakan
mengenai strukturalisme murni dengan berbagai kelemahannya.
Pendekatan
strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam
penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai
karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut
terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang ada di
luar struktur signifikansinya (Iswanto, 2003: 59-60).
Karena
pandangan keotonomian karya di atas, di samping juga pandangan bahwa setiap
karya sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya
pun tak perlu dikaitkan dengan karya-karya lain.
Penelitian
strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik
dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya)
sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai
unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi jaman,
yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya politik, ekonomi.
Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan
unsur-unsur intrinsik karya sastra (suwardi, 2003: 56).
Meskipun
memiliki beberapa kelemahan, teori strukturalisme genetik telah teruji
validitasnya dan memiliki beberapa konsep canggih yang tidak dimiliki teori
sosial lain, seperti kelas sosial, subjek trans-individual, dan pandangan
dunia. Dalam penjabaran yang lebih lanjut, teori ini juga memiliki beberapa
konsep dasar yang menjadi unsur pembangunnya, meliputi fakta kemanusiaan, sujek
kolektif, pandangan dunia: homologi, strukturasi, dan struktur, serta
dialektika pemahaman-penjelasan.
1.1 Fakta Kemanusiaan
Fakta
kemanusiaan merupakan landasan ontologis dari strukturalisme genetik. Adapun
yang dimaksudkan dengan fakta tersebut adalah segala hasil aktivitas atau
perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami
oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan pada hakikatnya dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta yang kedua
mempunyai peranan dalam sejarah, sedangkan fakta yang pertama tidak memiliki
hal tersebut. Fakta pertama hanya merupakan hasil perilaku libidinal seperti
mimpi atau tingkah laku orang gila, namun fakta tersebut berdampak pada
hubungan sosial, ekonomi, maupun politik antar anggota masyarakat (Faruk, 2010:
57).
Seperti
pada cerpen “ Jangan Datang ke Istana Anakku” penulis mencoba memberikan sebuah
gambaran tentang kehidupan kemanusiaan yang terjadi dalam hidup Aku atau tokoh
“Ayah”. Di mana ada ketidak adlian yang ia rasakan dan ia tidak ingin apa yang
ia rasakan berdampak dengan putri semata wayangnya. Ia bekerja sebagai penjaga
di sebuah Istana, Istana itu memiliki suatu hal yang mengerikan karena kekuasan
dan peraturan orang istana yang tidak punya peri kemanusiaan seperti yang tertulis
pada cerpen berjudul “Jangan ke Istana Anakku” “tapi hingga kini
perempuan-perempuan cantik itu ta ada yang kembali ke desanya. Kabar mengerikan
malah menyeruak, konon perempuan-perempuan itu di jadiakan wadal alias tumbal
istana, dimasukan ke sumur lorong gelap bawah tanah yang di huni nyi Blorong
peliharaan istana”
1.2 Subjek
Kolektif
Telah
dibahas sebelumnya bahwa fakta kemanusiaan merupakan hasil dari aktivitas
manusia sebagai subjeknya. Subjek dapat dibagi menjadi dua, sesuai dengan fakta
yang dihasilkannya: subjek individual yang menghasilkan fakta individual
(libidinal), dan subjek kolektif yang menghasil fakta sosial (historis) (Faruk
14).
Strukturalisme
genetika melihat subjek kolektif sebagai sesutau yang penting karena subjek
kolektif mampu menghasilkan karya-karya kultural yang besar yang sering menjadi
topik utama dalam karya sastra, contohnya revolusi sosial, politik dan ekonomi
(Faruk 14-15). Jika kita menggunakan terminology Goldmann, maka fakta-fakta
sosial tersebut dihasilkan oleh subjek trans-individual (Goldmann 97), dimana
subjek trans-individual bukanlah individu-individu yang berdiri
sendiri-sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan, satu kolektivitas (Faruk
15).
C. Pandangan Dunia (World View)
Pandangan dunia adalah sebuah perspektif
yang koheren dan terpadu mengenai manusia dengan sesamanya dan dengan alam
semesta. Pandangan dunia adalah fakta historis dan sosial, yang merupakan
keseluruhan cara berfikir, perasaan dan tindakan dimana pada situasi tertentu
membuat manusia menemukan diri mereka dalam situasi ekonomi dan sosial yang
sama pada kelompok sosial tertentu . Karena merupakan fakta sosial yang berasal
dari interaksi antara subjek kolektif dengan sekitarnya, pandangan dunia tidak
muncul dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara
perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru
(Faruk 16).
D. Struktur Karya Sastra
Sebagaimana yang disampaikan di
atas, karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek
kolektif. Karena itulah strukturalisme genetik melihat karya sastra sebagai
struktur koheren yang terpadu. Menurut Goldmann, karya sastra merupakan
ekspresi pandangan dunia secara imajiner, dimana pengarang menciptakan semesta
tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner pula. Hal itulah
juga yang menurut Goldmann membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi
(Faruk 17).
Dari pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa
Goldmann ternyata memfokuskan perhatiannya pada hubungan antar tokoh dan antara
tokoh dengan lingkungannya. Dalam bukunya The Sociology of Literature:
Status and Problem of Method, Goldman mengatakan bahwa hampir seluruh
karyanya penelitian dipusatkan pada elemen kesatuan, dalam rangka menguak
struktur yang koheren dan terpadu yang mengatur keseluruhan karya sastra (Faruk
17).
Dalam kaitannya dengan konsep struktur karya sastra,
Goldmann berpendapat bahwa novel merupakan cerita tentang pencarian yang
terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi,
dan pencarian itu dilakukan oleh seorang pahlawan (hero) yang
problematik. Yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentik itu adalah totalitas
yang secara tersirat muncul dalam novel. Dengan begitu, nilai-nilai tersebut
hanya dapat dilihat dari kecederungan terdegradasinya dunia dan problematiknya
sang hero. Itulah sebabnya, nilai otentik hanya berbentuk konseptual dan
abstrak , serta hanya berada dalam kesadaran penulisnya (Faruk 18).
Goldmann membagi novel dalam tiga jenis, yaitu novel
idealisme abstrak, dimana tokohnya masih ingin bersatu dengan dunia, namun
karena persepsi tokoh tersebut bersifat subjektif, idealismenya menjadi
abstrak; novel romantisme keputusasaan, dimana kesadaran tokohnya terlampau
luas dari dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia; dan
yang terakhir adalah novel pendidikan, yang menampilkan pahlawan yang mempunyai
kesadaran akan kegagalannya ketika ingin bersatu dengan dunia karena memilki
interioritas (Faruk 19).
E. Dialektika Pemahaman-Penjelasan
Dalam perspektif strukturalisme
genetik, karya sastra merupakan sebuah struktur koheren yang memiliki makna.
Dalam memahami makna itu Goldmann mengembangkan metode yang bernama metode
dialektik. Prinsip dasar metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan
masalah koherensi di atas adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta
kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan
mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan. Untuk itu metode dialektik
mengembangkan dua pasangan konsep yaitu “keseluruhan-bagian” dan
“pemahaman-penjelasan” (Faruk 19-20).
Dialektik memandang bahwa tidak ada titik awal yang
secara mutlak sahih dan tak ada persoalan yang secara mutlak pasti terpecahkan.
Setiap gagasan individual akan berarti jika ditempatkan dalam keseluruhan, demikian
juga keseluruhan hanya dapat dipahami dengan menggunakan fakta-fakta parsial
yang terus bertambah. Dengan kata lain, keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa
bagian, dan bagian tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan (Faruk 20).
Sebagai sebuah struktur, karya sastra terdiri dari
bagian-bagian yang lebih kecil, yang mana dengan mengidentifikasinya akan
membantu kita memahami apa sebenarnya karya tersebut. Namun teks sastra itu
sendiri merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar yang membuatnya
menjadi struktur yang berarti. Dalam memahaminya harus juga desertai usaha
menjelaskanya dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar. Inilah
sebenarnya konsep dialektika “pemahaman-penjelasan”, dimana pemahaman adalah
usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk
mengerti makna itu dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar.
Analisi cerpen “ Jangan Datang ke Istana Anakku “
Cerpen karya M Shoim Anawar dengan judul “Jangan Datang
ke Istana Anakku”. Adalah cerpen yang cocok di kaji dengan kajian teori
structural genentik seperti penjelasan apa itu teori structural genetic di
atas. Cerpen ini bercerita tentang tokoh Aku sebagai sosok Ayah pada cerpen
memiliki putri semata wayang. Dan hanya tinggal berdua dengan sang putrid
kesayangannya. Tokoh aku yang pernah bekerja di sebuah istana sebagai penjaga
istana seperti yang di kutip pada cerpen M shoim Anwar “ aku adalah bagian dari
pasukan penjaga istana. Tak boleh basa basi pada siapa pun di sana. Tata cara
tertulis dengan tinta yang tak mungkin di ubah.”. sang putrid sangat menginkan
sebuah Istana untuknya dan sang putri sangat ingin tinggal di istana. Tetapi
sang ayah hanya ingin membangun sebuah gubuk untuk putrinya. Karena pandangan
tokoh ayah sangat berbeda tentang sebuah istana. Sewaktu ia masih bekerja untuk
istana dia harus kehilangan sang istri karena egeosian peraturan para penghuni
istana yang tidak adil. Sang istri dengan nekat menemuinya ketika ia sedang
bertugas maka sebagai hukuman karena sang istri melanggar peraturan istana maka
sang istri di bawa oleh para penghuni istana dan tidak kembali lagi. Itu lah
yang ia rasakan dengan ketidak adilan pada sosial ekonomi zaman pada cerita
cerpen tersebut bagaimana sebuah peraturan di buat dengan ketidak manusiaan dan
beberapa cerita misteri tentang istana tersebut yang ia ketahui dan tidak ingin
jika terjadi pada anaknya seperti kutipan pada cerpen tersebut “ perihal penari
istana memang sudah banyak yang mendengar. Orang-orang suruhan istana juga
kelayapan mencari para perempuan cantik untuk di bawa ke istana dengan dalih
mau di jadikan penari, khusus menghibur keluarga istana bserta tamu-tamu
angungnya. Sesekali memang terdengar alunan gending dari dalam istana. Tapi
hingga kini perempuan-perempuan cantik itu tak ada yang kembali ke desanya.
Kabar mengerikan malah menyeruak konon perempuan-perempuan cantik itu di
jadikan wadal alias tumbal istana, di masukan ke sumur lorong gelap bawah tanah
yang di huni oleh Nyi Blorong peliharaan istana” hal seperti itu juga terjadi
pada istri tokoh aku yang menjadi salah satu korban ketidakmanusiaan yang di
lakukan oleh keluarga istana dengan peraturannya yang tidak adil. Sang putri
terus bersih keras untuk dating ke istana ingin menemui ibunya. Tetapi tokoh si
aku tidak mengijinkan hal itu ia tidak ingin pihak istana juga merampas sang
purtri kesayangannya. Peraturan istana memang tidal adil baginya. Dengan tidak
punya hati pihak istana telah merampas dan tidak mengemabalikan istrinya di
sini lah pandangan hidup kemanusiaan di tulis oleh sng penulis cerpen dengan
judul “Jangan Datang ke Istana Anakku”. Si tokoh di gamabrkan sebagai manusia
yang di perbudak dengan tidak adil di rampas semua kebahagiaannya. Tokoh aku
bersihkeras agar anaknya tidak menginginkan istana. Karena istana yang ia
ketahui sesunggunya tidak seindah yang di pandang angan oleh sang putrid.
Sampai suatu hari pihak istana dating dan membawa paksa sang putrid ke istana
dan sang putrid tidak kembali lagi dai istana tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
analisis cerpen di atas pandanga penulis menganai struktur genetic. Adalah
ingin menjelaskan tentang soal kehidupan manusia dengan mengatas namakan
kekuasaannya yaitu pihak istana yang dengan serakah dan membuat perturan tidal
adil untuk para oekerjanya. Dan pandangan kehidupan sebagai seorang pegawai
dengan pekerjaan dan upah yang tidak adil seperti tokoh si aku yang pekerja
sebagai pengawal istana yang harus kehilangan istri dan anaknya yang di rampas
oleh pihak istana. Dan berbagai konfil dan masalah yang di tulis oleh M Shoim
Anwar dalam cerpen berjudul “Jangan dating ke Istana Annaku” ini berceita
tentang pandangan hidup dunia yang masih serakah dengan mengatasnama kan sebuah
jabatan tinggi.
Refrensi
1. Anwar Shoim. M, 2017, “Tahi Lalat di Dada Istri Pak
Lurah” Pustaka Ilalang
2. Ferdian. Alfi, 2013, “Analisis Struktur Genetik” (alfismamda.blogspot.co.id/2013/05/analisis-strukturalisme-genetik.)
3. Kompasiana, 2011 “Teori Struktural Genetik dalam
Penelitian Sastra” (kompasiana.com/ukonpurkonudin/teori-struktural-genetik-dalam-penelitian-sastra_5500e4c18133110e51fa7554
ANALISIS CERPEN YANG BERJUDUL “JANGAN DATANG KE ISTANA ANAKKU” MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURALISME GENETIK
Dosen
Pembimbing :
Dr.
M. Shoim Anwar. M.Pd
Mata
Kuliah :
Teori
Sastra
Oleh
:
Karina Dwi Prasita
(165200052)
PBSI / 2016 B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI
BUANA SUARABAYA
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar