Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan
Puisi
Pendekatan
struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya
sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan
antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh.
Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika
dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik
antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan
teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena
kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada
kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan puisi dengan berlandasan teori
strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur
pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi. Unsur
ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan
unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme,
dan tata wajah atau tipografi. Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori
struktural yang pertama yaitu memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:
1. Diksi (pemilihan kata)
Teori
strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah
pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil
pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan
bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya
seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan
kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa
Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak
gaul), aana(bahasa Arab), (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan
sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses
pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk
menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia
dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa
indonesia adalah bahasa kesatuan.
2. Pengimajinasian
Teori
strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi
dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang
dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut
pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan
pengarang.
itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih
.
3. Kata konkret
Teori
strukturalisme menganalisis kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata
konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus
di konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata,
pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh
pengarang
.
4. Bahasa figuratif
Teori
strukturan menganalisis bahasa figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa
figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang
untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata
lain. Majas mngiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain
.
5. Rima/ritme
Teori struktural
menganalisis rima/ritme sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah pengulangan
bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang
ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan
angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan
sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi
.
6. Tata wajah (tipografi)
Teori struktural
menganalisis tipografi sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi
tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang
kedua yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi, adalah sebagai berikut:
1. Tema
Teori
strukturalisme menganalisis tema sebagai unsur ekstrinsik puisi. tema puisi
merupakan gagasan utama pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung
tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu,
tema puisi yang digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa ”tema
puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu
tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan
keadilan sosial”.
(http://ariesulistiari.blogspot.co.id/2015/05/pendekatan-struktural-dalam-analisis.html
Analisis puisi “Sajak Putih” Karya Chairil Anwar
- Diksi
Diksi
merupakan makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh,
seperti:
Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan, kejujuran, dan keihklasan. Jadi, sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur
Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan, kejujuran, dan keihklasan. Jadi, sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur
- “Warna pelangi” adalah gambaran hati seorang pemuda
yang sedang senang;
- “Bertudung sutra senja” yang dimaksud adalah pada
sore hari;
- “Di hitam matamu kembang mawar dan melati” yang
di maksud adalah bola matanya yang indah.
bait ke II
- “Sepi menyanyi” yang di maksud adalah memohon (do’a)
kepada Allah;
- “Muka kolam air jiwa” yang di maksud adalah bersedih
hati;
- “Dadaku memerdu lagu” yang di maksud adalah berkata
dalam hati;
- “Menari seluruh aku” menggambarkan rasa kegembiraan.
Bait ke III
- “Hidup dari hidupku, pintu terbuka” menggambarkan bahwa
si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar;
- “Selama matamu bagiku menengadah” merupakan kiasan
bahwa si gadis masih
- mencintai si aku, mau memandang wajah si aku;
- “Selama kau darah mengalir dari luka” yang di maksud
adalah hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar;
- “Antara kita Mati datang tidak membelah” menggambarkan
sampai kematian tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan
terpisahkan.
Gaya Bahasa (Majas
1.
Pada baris ketiga bait
pertama, yaitu “Dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan majas
metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Mawar dan melati
yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik, biasanya mawar itu
berwarna merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan kesucian.
Jadi dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat.
- Majas repetisi pada baris kesembilan bait ketiga, yaitu
terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”, menggambarkan bahwa si aku
merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan.
Tema
Tema
dalam puisi “Sajak Putih” adalah “Percintaan”. Dalam puisi Sajak Putih
menceritakan seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat
tulus dan memikat terhadap seorang pria yang membuat pria tersebut merasa
terharu dan tertarik terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada
kesiapan untuk saling menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam
tanpa ada sepatah kata yang diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya
masing–masing, tetapi si pria tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis
tersebut mencintainya. Kedua insan tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun
mereka tak akan terpisahkan.
Pengimajinasian
Dalam puisi “Sajak Putih” karya Chairil Anwar terdapat
bait pusis yang menyatakan dan bisa membawa pembaca untuk masuk ke dalam
imajinasi penulis seperti :
“Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba”
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Rima dan Irama
- Rima dan ritma
Puisi
“Sajak Putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan
/u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9,
10, 11, dan 12. Misalnya:
Asonansi vokal (a)
Asonansi vokal (a)
Kau depanku bertudung sutra senja (baris ke dua
bait pertama)
Harum rambutmu mengalun bergelut senda (baris
keempat bait pertama)
- Perasaan
Perasaan
yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa bahagia karena kedua insan yang
tadinya tidak mempunyai keberanian untuk saling menyatakan perasannya, tetapi
pada akhirnya mereka mempunyai keberanian untuk saling menyatakaan perasaannya.
Karena cinta yang dimiliki oleh kedua insan tersebut sangat tulus dan suci.
(http://kumpulanpuisiindonesia.blogspot.co.id/2010/01/puisi-sajak-putih-chairil-anwar.html
(http://kumpulanpuisiindonesia.blogspot.co.id/2010/01/puisi-sajak-putih-chairil-anwar.html
- Nada
Nada yang ditunjukan dalam
puisi “Sajak Putih” ini adalah kegembiraan dan kebahagiaan. Nada gembira dan
bahagia ini muncul karena, rasa gembira seorang pria yang memiliki seorang
gadis yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan suci terhadapnya yang terlihat
pada kata tali warna pelangi, sutra senja, menarik menari. Maka munculah
benih-benih cinta diantara mereka. Unsur nada dalam puisi ini adalah
optimis, dan kesetiaan.
Unsur nada optimis
Unsur nada optimis
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...(unsur nada kesetiaan)
Antara kita Mati datang tidak membelah...(unsur nada kesetiaan)
- Amanat
Dalam
puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa jika kita mencintai
seseorang harus berani untuk menyatakaan perasaan kita masing-masing, menerima
segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita, dan berusahalah untuk selalu
mencintai dan ada disisinya sampai hembusan nafas terakhir