UJIAN
AKHIR SEMESTER (UAS)
TEORI
SASTRA
Nama : Karina Dwi Prasita
NIM : 165200052
Prodi/Angkatan : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia / 2016 B
Alamat Blog : KarinaPrasita97.blogspot.co.id
1. Subjek Matter
Subjek Matter adalah pokok
pikiran yang di kemukakan penyair lewat puisi yang di ciptakannya. Billa sense
baru berhubungan dengan gambaran makna
dalam puisi secara umum, maka subjek matter berhubungan dengan satuan – satuan
pokok pikiran tertentu yang secara khusus membangun suatu yang diungkapkan
penyair.
Felling
Felling adalah sikap penyair
terhadapa pokok pikiran yang dilampirkannya. Hal itu mungkin saja terkandung
dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi
karena setiap menghadirkan pokok pikiran tertentu manusia pada umumnya juga di
latar belakangi oleh sikap tertentu pula.
Tone
Tone adalah sikap penyair
terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang di tampilkannya. Dalam
rangka menganalisis feeling dan tone dalam suatu puisi, pembaca akan berhubungan
dengan upaya pencarian jawaban dari bagaimana sikap penyair terhadap pokok
pikiran yang di tampilkannya? Serta bagaimana sikap penyair terhadap pembacanya
Total of Meaning
Total of meaning adalah
keseluruhan makna yang terkandun dalam suatu puisi. Didasarkan atas pokok –
pokok pikiran yang ditampilkan penyair, sikap penyair terhadap pokok pikiran,
dan sikap penyair terhadap pembaca
Theme
Theme adalah ide dasarr dari
suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam puisi. Tema berbeda
dengan pandangan moral ataupun massage meskipun tema itu dapat berupa sesutau
yang memiliki nilai rohaniah.
2. Malam itu
Malam itu aku seperti
tercampakkan
Bagai terbu habis disesap dahaga
waktu
Ruang menghampa
Sendiri kian menganga
Tak terkira
Dimanakah dengus yang mendetakkan
gairah
Sedang aromamu berseliweran
menguntit raga
Keja detak yang merangkak
Bosan berselimut kelam
Adakah perih mengirim isyarat di
sunyi
Yang tak kuketahu
Ingin kutinggal gelanggang
Menggelandang ke ketiak senyap
Pembahasan
Subjek matter
Subjek matter dalam puisi “Malam
Ini” tokoh aku yang merasa tercampakan
dan sendirian karena di tinggal sang kekasih.toko aku yang juga berusaha buat
melupakan semuanya tetapi tak sanggup meninggalkan juga. Maka yang dia rasakan
hanya sendirian seperti berada di ruang hampa
Felling
Felling dalam puisi “Malam Ini”
penulis menyampaikan tokoh aku sebagai seorang yang kesepian dan merasakan
keterpurukan di dalam hidupnya karena di tinggal kan oleh seorang yang ia
cintai
Tone
Dalam puisi tersebut sikap
penyair menggambarkan tokoh yang sedih dan sengsara dengan hidupnya, kesepian yang
sedang tokoh aku rasakan seperti yang kutip “sendiri kian menganga”
Total of Meaning
Keseluaran tema dalam puisi
tersebut adalah tokoh aku yang merasakan keterpukurkan dan kesedihkannya akan
kehilanggan seseorang tapi tak sanggup meninggalkan.
Rambutmu
Gelombang mengalir di rambutmu
Basah di pagi itu
Memerah tanpa pewarna
Kukeringkan dengan panas darahku
Sebab padamu telah kueja sejarah
Yang terpendam dalam larutan
Di luar lurus lapang
Di dalam lemiuk ku sembunyikan
Biarkanlah apa adanya
Rumputan menjalar indah di
pandang
Telah kutemukan cermin hidupku
Pada rambutmu
Saat kujamah di pagi yang basah
Subjek Matter
Dalam puisi tersebut penyair
menggambarkan seorang tokoh aku yang sedang mengutarakan isi hatinya dan
mengungkapkan perasaannya kepada seseorang yang di yakininya adalah cerminan
hidupnya.
Felling
Dalam puisi tersebut penyair
manggambarkan tokoh aku sebagai laki-laki yang sedang jatuh cinta kepada
seorang perempuan dan meranyunya dengan kata menyukai rambutnya seperti “telah
kutemukan cermin hidupku, pada rambutmu”
Tone
Sikpa yang di gambarkan dalam
tokoh aku pada puisi tersebut adalah perasaan gembira karena sedang jatuh cinta
pada seorang wanita seperti “sebab padamulah kueja sejarah”
Total of meaning
Dalam puisi tersebut keseluruhan
tema yang di tulis oleh penyair adalah perasaan bahagia tokoh aku yang seorang
laki-laki karena telah menemukan tambatan hatinya dan dia yakin bahwa perempuan
yang ia cintai adalah pendamping hidupnya.
Theme
Tema yang ada dalam puisi
tersebut adalah tentang perasaan seseorang yang mengungapkan rasa cintanya pada
seorang wanita yang ia cintai
Mendung
Balasanmu pendek sekali
Seperti pelepah pisang yang
dirajang celurit cemburu
Patahannya menyisahkan amis
didada
Mengapa percik getahnya menyiprat
ke ladang
Yang kutaman dengan cintah
Cuaca sepanjang hari mengirim
mendung berduri
Adakah aku harus berlari
Meninggalkan jejak yang terlanjur
mengurai sepi
Pada jemarimu telah kutulis
sekuntum puisi
Sementara sayap-sayap mawar yang
gugur minta kuganti
Biji esok hari
Tapi kilatan-kilatan celuritmu
menuding ke dahi
Tanpa kumengerti
Subjek Matter
Dalam puisi tersebut penyair
menggambarkan perasaan tokoh aku yang merasa ada keraguan dan keganjalan dalam
hatinya kepada seseorang yang bersikap dingin dan berbeda padanya.
Felling
Dalam puisi tersebut penyair
menggambarkan bagaimana tokoh aku merasakan kekecewaan kepada seseorang seperti
pada kutipan “Balasanmu pendek sekali”
Tone
Sikap penyair dalam puisi
tersebut adalah rasa kecewanya dan sedih yang sangat dalam yang di gambarkan
penyair kepada tokoh aku seperti kutipan “sementara sayap-sayap mawar yang
gugur minta kuganti.
Total of meaning
Dalam puisi tersebut keseluruhan
tema yang di tulis oleh penyair adalah perasaan seorang tokoh aku yang begitu
kecewa dengan sikap kekasihnya yang berubah seperti pada kutipan “ meninggalkan
jejak yang terlanjur mengurai sepi”
Theme
Tema dalam puisi tersebut adalah
kekecewaan dan patah hati seorang laki – laki karena kini wanita yang ia cintai
sudah berubah dan tokoh aku berusaha untuk melupakan namun tertekan oleh rasa
kecewa itu seperi pada kutipan “tapi kilatan – kilatan celuritmu menuding ke
dahi”
3. Hasil esai analisis teori
poskolonial cerpen berjudul “ Dalam Kerajaan Sang Raksasa” dalam cerpen “tahi
Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Karya M . Shoim Anwar.
Pada
tahapan yang paling mendasar, postkolonial mengacu kepada praktik-praktik yang
berkaitan dan menggugat hierarki sosial, struktur kekuasaan, dan wacana
kolonialisme. Pembacaan poskolonial berusaha menjelaskan bagaimana suatu teks
mendestabilisasi dasar pikiran kekuatan kolonial, atau bagaimana teks-teks
tersebut mengedepankan efek kolonialisme.
Griffiths dan Tiffin sebagaimana dikutip Aziz (2003: 201) menjelaskan bahwa
postkolonial merujuk kesan ataupun reaksi kepada kolonialisme semenjak ataupun
selepas penjajahan. Sebenarnya, penjajahan masih berlangsung di setengah
negara, dan pengalaman negara-negara ini diterjemahkan sebagai neokolonialisme
oleh para golongan Markis. Mereka berpendapat bahwa penjajahan kini bukan lagi
dalam konteks politik saja tetapi ekonomi serta budaya. Dalam koneks
kesusasteraan paskolonial, karya-karya yang dihasilkan semasa atau selepas
penjajahan diterima sebagai karya kesusasteraan paskolonial apabila karya itu
merekamkan atau memancarkan wancana pascakolonial. Dengan kata lain,
kesusasteraan poskolonial tidak terikat dengan masa, tetapi terikat dengan
wacana poskolonial.
Pernikiran-pemikiran Foucault tentang pengetahuan/kekuasaan dimanfaatkan oleh
sejumlah pemikir yang menggagas teori poskolonial. Teori dan kritik poskolonial
yang marak sejak tahun 1980-an di Amerika Serikat, lnggris, dan Australia pada
awalnya dipelopori oleh Leopold Senghor, Dominique O'manononi, Aimme Cesaire,
Frants Fannon, dan Albert Memmi, yang menyorot berbagai aspek dan dimensi
pengalaman penjajahan. Bedanya, generasi yang mengembangkannya kemudian,
misalnya Edward Said dan Hhomi Bhaba, sangat dipengaruhi oleh pemikiran
poststrukturalis, terutama Derrida dan Foucault (Budianta, 2004:49).
Sesungguhnya wacana poskolonial memperjuangkan politik pertentangan, namun, ada
yang berpendapat bahwa hal ini tidak boleh disamakan dengan antikolonialisme
seperti yang ditegaskan oleh Bussnett (Aziz, 2003: 200) yang melihat
paskolonialisme berbeda dari pada anti kolonialisme karena wacana yang ini
tidak terlepas dengan menerima hakikat kesan penjajahan terhadap yang dijajah,
dengan kata lain, walaupun wacana poskolonial ataupun poskolonialisme memberi
reaksi yang menolak hegemoni dan autoriti barat, namun kesan hubungan yang
kompleks antara penjajah dengan yang dijajah telah memberi kesan pada
pembentukan budaya poskolonial, dan seterusnya mempengaruhi pembentukan
kesusasteraan poskolonial.
a. Tempat dan Pemindahan
Tempat dan pemindahan adalah
masalah umum dalam kajian sastra poskolonial. Pemindahan disebabkan oleh
kebutuhan kolonial untuk ketertiban, proses hibridisasi sebagai suatu keadaan
yang muncul akibat belenggu kolonialisme dan upaya untuk menemukan kembali jati
dirinya, dan yang terakhir adalah globalisasi.
Dalam proses didefinisikan kembali oleh kolonialisme, tak
diragukan lagi bahwa ada individu yang mengalami pemindahan, pengucilan, dan
marginalisasi. Pemerintah kolonial membutuhkan "Penempatan" karena
ini dibebankan pada serangkaian dinamika yang sudah lebih dahulu ada, yang
perlu membawakan pemindahan. Karena kekuatan hegemonik dari
pemerintah kolonial dipertahankan mulai kontrol yang ketat dan tekanan untuk
terus menerus menjaga segala sesuatu tetap pada tempatnya, penjajah harus
berhati-hati terhadap kekacauan yang menuntut kedewasaan terus menerus. Ingin
dilakukan dalam banyak cara, misalnya tekanan polisi, melarang semua gerakan
populer atau dengan cara korupsi. mekanisme yang dipakai bersifat terus menerus
dan teratur.
Pada cerpen
“Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Latar tempat dalam cerita adalah di sebuah
desa dan di dalam rumah. Ada pun pemindahan tempat dan peristiwa antar sub
pembahasan cerita tetapi masih tetap menyambung pada inti pemasalahan topic
dalam cerpen.
b. Dekonstruksi
Istilah dekonstruksi yang
diperkenalkan oleh Jacques Derrida melalui buku-bukunya, antara lain Of
Grammatology, hriiting and Difference, Dissemination, dalam ilmu sastra mengacu
pada model/metode analisis (atau model yang argument filosofis) yang dipakai
dalam membaca berhagai macam teks sastra maupun nonsastra, untuk menunjukkan
ketidaksesuaian dengan logikalretorika antara yang secara eksplisit disebutkan
dan yang secara emplisit tersembunyi dalam teks. Kajian dekonstruksi
menunjukkan bagaimana kontradiksi-kontradiksi tersebut disamakan oleh teks.
Poskolonial menerapkan
dekonstruksi dengan mengidentifikasikan logo sentrisisme dengan ideologi yang
membuat dikotomediner hirarkis antara Barat Timur, rasio/emosi, masyarakat
beradab/masyarakat primitif, dan lain-lain yang menjadi dasar pembenaran
kolonialisme dan imperealisme.
Berdasarkan uraian di atas,
analisis prosa fiksi dengan model analisis poskolonial dalam penelitian ini
adalah mendeskripsikan berbagai isu sekaitan dengan wacana poskolonial, konsep
kekuasaan, konsep penjajahan, tindakan subversif penjajah dan penjajahan,
masalah ras, etnisitas, identitas budaya, gejala kultural, seperti sejarah,
politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya, yang terjadi di
negara-negara bekas jajahan. Semua analisis sekaitan konsep poskolonial
tersebut disesuaikan dengan kenyataan teks. Seperti pada cerpen “Tahi Lalat di
Dada Istri Pak lurah” tentang bagaiman penjajahan pada cerita cerpen tersebut
adalah di gambarkan dengan kepala Desa atau biasa di sebut Lurah di desa
tersebut adalah pemimpin yang tidak membuar warganya merasa puas dengan hasil
kerjanya, bahkan Lurah tersebut tidak peduli dengan keluhan yang di katakana
oleh warganya dia hanya mementingkan kesenangan jabatannya dan berusaha
mendapatkan uang dari pengusaha pembangunan perumahan yang ingin membeli tanah
warga. Padahal dengan adanya pembangunan perumahan warga tidak bisa memiliki
lahan untuk bekerja lagi dan semakin sempit lahan desa mereka.
Ada
4 alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis melalui
teori-teori poskolonial.
1. Sebagai
gejala kultural sastra menampilkan system komunikasi antara pengirim dan
penerima, sebagai mediator antara masa lampau dengan masa sekarang.
2. Karya
sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan
intelektualitas, fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3. Karya
sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah
manifestasinya yang paling signifikan.
4. Berbagai
masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga
tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak Nampak. Di sinilah egaray oriental
ditanamkan, di sini pulalah analisis dekontruksi poskolonial dilakukan.
Poskolonial
dalam cerpen “Dalam Kejaran Raksasa” karya M shoim Anwar ini adalah
menceritakan tokoh Win yang menjadi korban bencana Lumpur yang telah menelan
habis kampungnya. Win yang tinggal di sebuah desa yang saat ini menjadi korban
lumpur hanya meratapi nasibnya krena kehilangan keluarganya. Pertama-tama
mertuanya yang tenggelam di telan raksasa lumpur. Lalu istrinya yang setress
karena di tinggal ibunya meninggal dan akhirnya anaknya yang meninggal juga di
telan lumpur raksasa. Win yang menjadi korban kejamnya raksasa lumpur itu
bahkan pemerintah pun tak melakukan apa-apa untuk persoalan ini. Meskipun para
warga sudah mengutarakan pendapatannya tetapi tidak ada yang di lakukan bnyak
oleh pemerintah saat ini dan nasib warga yang menjadi korban pun menjadi tidak
tahu nasibnya bagaimana.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anwar,M Shoim, 2017,
cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Surabaya
2.
Blog Lingua, 2015,
Teori pokolonial Edward W. Said: (linguag3.wordpress.com/2015/01/05/teori-poskolonial-edward-w-said/)
3.
Shartika Itha, 2011,
Pendekatan Teori Poskolonial dalam Kajian Sastra (ithasartika91.blogspot.co.id/2011/02/pendekatan-poskolonial-dalam-mengkaji.)
4.
Basri Hajon, 2014, Posmodernisme
dan Teori Poskolonial (harjonbasri.blogspot.co.id/2014/11/posmodernisme-dan-teori-postkolonial.)