PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Poskolonial “posklonial” merupakan turunan dari kata
“kolonial”. Istilah colony dalam bahasa Romawi berarti tanah pertanian atau
pemukiman. Istilah ini mengacu pada orang-orang Romaawi yang tinggal di
negeri-negeri lain, akan tetapi masih sebagai warga Negara Romawi. Oxford
English Dictionary menjelaskan pengertian coloni sebagai sebuah pemukiman dalam
sebuah negeri baru.., sekelompok orang yang bermukim dalam sebuah lokasi baru
dengan membentuk sebuah komunitas yang tunduk atau terhubung dengan Negara asal
mereka.
Anthony Appiah mengemukakan tentang adanya persamaan
dan perbedaan penggunaan istilah “pasca/pos” pada kedua istilah tersebut,
persamaannya adalah pasca/pos sama-sama menaruh perhatian pada persoalan
historiografi dan refleksivitas dalam politik representasi cultural, walaupun
artikulasi, interpretasi serta penyebaran keduanya memiliki perbedaan. Keduanya
juga dianggap memiliki keterkaitan dengan poststrukturalisme dan
postmodernisme.
Pada tahun 1978, Edward
Said menerbitkan bukunya yang berjudul erientalism. Buku ini meahirkan
kegerahan dan sekaligus pencerahan dalam berbagai disiplin ilmiah seperti
kurtural studies, kajian wilayah dan secara khusus melahirkan kajian ilmiah
yang dilingkungan akademis dikenal dengan analisis diskursus colonial. Gagasan
Edwar Said sangat luas, ia membahas tentang berbagai contest local budaya,
sehingga disebut juga dengan “travelling teory’. Bukunya yang berjudul power
and culture : interviews with Edward Said merupakan perluasan buku orientalism
ditambah dengan wawancaranya. Pemikiran Edwar Said diakui oleh kelompok yang
mendukung kajian / discourses colonial dan yang menantangnya, talah meninbulkan
pengaruh yangluar biasa bagi analisis kolonialisme dan pemikiran colonial.
Lapangan penelitian baru yang dirintis oleh Edward Said dilingkungan dunia
akademis, kemudian dikenal dengan teory pascacolonial (postcolonial theory).
Dalam konteks orientalisme dan kekuasaan barat untuk memasuki
dan meneliti Negara dan budaya timur, dibuka kesempatan bagi mereka untuk
memiliki serangkaian pengetahuan tantang kebudayaan-kebudayan tersebut.
Kemudian pengetahuan itu menjamin dan melanggenkan kekuasaan barat di
Negara-negara tersebut. Minat para orientalis akan bentuk – bentuk pengetahuan
ilmiah, seperti Sejarah, Linguistik, Seni, Geograpi, Antropologi, dll yang
muncul dalam zaman pencerahan melahirkan ilmu pengetahuan yang memenuhi
semangat dan selera ara orientalis, dan kemudian ini menjdi contoh bagi
pengetahuan yang negative, membeda-bedakan dan mendominasi. Melalui kritik
terhadap ilmu pengetahuan dengan menggunakan persfektif “the other”, maka tokoh
pascacolonial juga mengonstruksi bentuk-bentuk pengetahuan baru yang lebih baik
dengan menghormati dan menghargai pihak-pihak lain.
B.
Rumusan Masalah
Ada pun Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian Teori Poskolonial?
2. Apa Analisis cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah”
dalam teori Poskolonial?
C.
Tujuan
Ada tujuan – tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian Teori Poskolonial
2. Mengetahui analisi cerpen “Tahu Lalat di Dada Istri Pak
Lurah” dalam teori Poskolonial
PEMBAHASAN
Pada tahapan yang paling mendasar,
postkolonial mengacu kepada praktik-praktik yang berkaitan dan menggugat
hierarki sosial, struktur kekuasaan, dan wacana kolonialisme. Pembacaan
poskolonial berusaha menjelaskan bagaimana suatu teks mendestabilisasi dasar
pikiran kekuatan kolonial, atau bagaimana teks-teks tersebut mengedepankan efek
kolonialisme.
Griffiths dan Tiffin
sebagaimana dikutip Aziz (2003: 201) menjelaskan bahwa postkolonial merujuk
kesan ataupun reaksi kepada kolonialisme semenjak ataupun selepas penjajahan.
Sebenarnya, penjajahan masih berlangsung di setengah negara, dan pengalaman negara-negara
ini diterjemahkan sebagai neokolonialisme oleh para golongan Markis. Mereka
berpendapat bahwa penjajahan kini bukan lagi dalam konteks politik saja tetapi
ekonomi serta budaya. Dalam koneks kesusasteraan paskolonial, karya-karya yang
dihasilkan semasa atau selepas penjajahan diterima sebagai karya kesusasteraan
paskolonial apabila karya itu merekamkan atau memancarkan wancana
pascakolonial. Dengan kata lain, kesusasteraan poskolonial tidak terikat dengan
masa, tetapi terikat dengan wacana poskolonial.
Pernikiran-pemikiran Foucault
tentang pengetahuan/kekuasaan dimanfaatkan oleh sejumlah pemikir yang menggagas
teori poskolonial. Teori dan kritik poskolonial yang marak sejak tahun 1980-an
di Amerika Serikat, lnggris, dan Australia pada awalnya dipelopori oleh Leopold
Senghor, Dominique O'manononi, Aimme Cesaire, Frants Fannon, dan Albert Memmi,
yang menyorot berbagai aspek dan dimensi pengalaman penjajahan. Bedanya,
generasi yang mengembangkannya kemudian, misalnya Edward Said dan Hhomi Bhaba,
sangat dipengaruhi oleh pemikiran poststrukturalis, terutama Derrida dan
Foucault (Budianta, 2004:49).
Sesungguhnya wacana
poskolonial memperjuangkan politik pertentangan, namun, ada yang berpendapat
bahwa hal ini tidak boleh disamakan dengan antikolonialisme seperti yang
ditegaskan oleh Bussnett (Aziz, 2003: 200) yang melihat paskolonialisme berbeda
dari pada anti kolonialisme karena wacana yang ini tidak terlepas dengan
menerima hakikat kesan penjajahan terhadap yang dijajah, dengan kata lain, walaupun
wacana poskolonial ataupun poskolonialisme memberi reaksi yang menolak hegemoni
dan autoriti barat, namun kesan hubungan yang kompleks antara penjajah dengan
yang dijajah telah memberi kesan pada pembentukan budaya poskolonial, dan
seterusnya mempengaruhi pembentukan kesusasteraan poskolonial.
Beberapa topik yang
dikembangkan oleh poskolonial adalah masalah ras, etnisitas, dan identitas
budaya. Pembicaraan mengenai topik¬-topik ini didasari oleh asumsi yang telah
digariskan sejak Derrida, yakni bahwa segala sesuatu bentuk identitas merupakan
bangunan (atau anggitan) sosial, bukan merupakan suatu esensi yang telah
ditentukan secara biologis (Budianta, 2004:51). Seperti pada cerpen “Tahi Lalat
di Dada Istri Pak Lurah”, yang di dalam cerita cerpen tersebut di ceritakan,
beberapa warga yang terus menceritakan tentang terletaknya tahi lalat yang
berada di dada istri pak lurah, dengan di dukung beberapa topik pembicaraan
warga tentang gossip-gosip tentang istri ke dua pak Lurah. Dan isuh pak Lurah
bekerja sama dengan pengusaha pengembang perumahan yang membeli tanah warga
secara paksa.
Objek penelitian poskolonial
menurut Ashcroft (Ratna, 2008:90) mencakup aspek-aspek kebudayaan yang pernah
mengalami kekuasaan imperial sejak awal terjadinya kolonisasi hingga sekarang,
termasuk berbagai efek yang ditimbulkannya. Walia (Ratna, 2008:90)
mendefinisikan objek postkolonialisme sebagai segala tulisan yang berkaitan
dengan pengalaman kolonial. Ratna (2008:90) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan
dengan teori poskolonial adalah cara-cara yang digunakan untuk menganalisis
berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan
berbagai dokumen lainnya, yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa
modern. Seperti pada cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” dengan
timbulnya topic permasalah pada cerpen tersebut berdampak pada perekinomian
warga yang menurun karena lahan mereka untuk bekerja dan lahan desa mereka yang
semakin menyempit akibat pembangunan perumahan.
a. Tempat dan Pemindahan
Tempat dan pemindahan adalah
masalah umum dalam kajian sastra poskolonial. Pemindahan disebabkan oleh
kebutuhan kolonial untuk ketertiban, proses hibridisasi sebagai suatu keadaan
yang muncul akibat belenggu kolonialisme dan upaya untuk menemukan kembali jati
dirinya, dan yang terakhir adalah globalisasi.
Dalam proses didefinisikan kembali oleh kolonialisme, tak
diragukan lagi bahwa ada individu yang mengalami pemindahan, pengucilan, dan
marginalisasi. Pemerintah kolonial membutuhkan "Penempatan" karena
ini dibebankan pada serangkaian dinamika yang sudah lebih dahulu ada, yang
perlu membawakan pemindahan. Karena kekuatan hegemonik dari
pemerintah kolonial dipertahankan mulai kontrol yang ketat dan tekanan untuk
terus menerus menjaga segala sesuatu tetap pada tempatnya, penjajah harus
berhati-hati terhadap kekacauan yang menuntut kedewasaan terus menerus. Ingin
dilakukan dalam banyak cara, misalnya tekanan polisi, melarang semua gerakan
populer atau dengan cara korupsi. mekanisme yang dipakai bersifat terus menerus
dan teratur.
Pada cerpen
“Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Latar tempat dalam cerita adalah di sebuah
desa dan di dalam rumah. Ada pun pemindahan tempat dan peristiwa antar sub
pembahasan cerita tetapi masih tetap menyambung pada inti pemasalahan topic
dalam cerpen.
b. Dekonstruksi
Istilah dekonstruksi yang
diperkenalkan oleh Jacques Derrida melalui buku-bukunya, antara lain Of
Grammatology, hriiting and Difference, Dissemination, dalam ilmu sastra mengacu
pada model/metode analisis (atau model yang argument filosofis) yang dipakai
dalam membaca berhagai macam teks sastra maupun nonsastra, untuk menunjukkan
ketidaksesuaian dengan logikalretorika antara yang secara eksplisit disebutkan
dan yang secara emplisit tersembunyi dalam teks. Kajian dekonstruksi
menunjukkan bagaimana kontradiksi-kontradiksi tersebut disamakan oleh teks.
Poskolonial menerapkan
dekonstruksi dengan mengidentifikasikan logo sentrisisme dengan ideologi yang
membuat dikotomediner hirarkis antara Barat Timur, rasio/emosi, masyarakat
beradab/masyarakat primitif, dan lain-lain yang menjadi dasar pembenaran
kolonialisme dan imperealisme.
Berdasarkan uraian di atas,
analisis prosa fiksi dengan model analisis poskolonial dalam penelitian ini
adalah mendeskripsikan berbagai isu sekaitan dengan wacana poskolonial, konsep
kekuasaan, konsep penjajahan, tindakan subversif penjajah dan penjajahan,
masalah ras, etnisitas, identitas budaya, gejala kultural, seperti sejarah,
politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya, yang terjadi di
negara-negara bekas jajahan. Semua analisis sekaitan konsep poskolonial
tersebut disesuaikan dengan kenyataan teks. Seperti pada cerpen “Tahi Lalat di
Dada Istri Pak lurah” tentang bagaiman penjajahan pada cerita cerpen tersebut
adalah di gambarkan dengan kepala Desa atau biasa di sebut Lurah di desa
tersebut adalah pemimpin yang tidak membuar warganya merasa puas dengan hasil
kerjanya, bahkan Lurah tersebut tidak peduli dengan keluhan yang di katakana
oleh warganya dia hanya mementingkan kesenangan jabatannya dan berusaha
mendapatkan uang dari pengusaha pembangunan perumahan yang ingin membeli tanah
warga. Padahal dengan adanya pembangunan perumahan warga tidak bisa memiliki
lahan untuk bekerja lagi dan semakin sempit lahan desa mereka.
Ada 4 alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk
dianalisis melalui teori-teori poskolonial.
1. Sebagai gejala
kultural sastra menampilkan system komunikasi antara pengirim dan penerima,
sebagai mediator antara masa lampau dengan masa sekarang.
2. Karya sastra
menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan intelektualitas,
fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3. Karya sastra tidak
terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah manifestasinya yang paling
signifikan.
4. Berbagai masalah yang
dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan
yang sesungguhnya tidak Nampak. Di sinilah egaray oriental ditanamkan, di sini
pulalah analisis dekontruksi poskolonial dilakukan.
Adapun egar-ciri poskolonial ialah sebagai berikut:
1. Anti-esensialisme
(bahwa sastra bukan suatu teks yang ajeg dan permanen, tetapi merupakan hasil
bentukan realitas di luarnya)
2. Anti-determinisme
(bahwa sastra bukan teks yang pasif, yang dibentuk secara tetap dan pasti
sebuah struktur, tetapi juga membentuk dan menciptakan struktur-struktur baru)
3. Anti-universalisme
(bahwa sastra bukan teks yang berlaku secara universal, tetapi lahir dari
negoisasi-negoisasi kulturalnya sendiri yang bersifat lokal dan partikular)
4. Kajian
poskolonial bukanlah kajian yang terpaku pada aspek formal dan structural dari
karya sastra tetapi kajian-kajian yang ingin membaca secara cair, flexible dan
radikal dimensi-dimnsi kritis dari sastra, dalam relasinya dengan kekuasaan
(yang dipahami secara luas dan cair pula) dalam teks sastra maupun formasi
sosial yang membentuknya.
5. Pada
kajian poskolonial, kekuasaan tersebut adalah relasi-relasi kuasa yang
diakibatkan oleh penjajahan dan kolonisasi, kekuasaan itu adalah relasi-relasi
kuasa akibat kapitalisasi.[16]
Menurut Nyoman (2004:211) ada egar
penting dari teori poskolonial. Secara defenitif teori poskolonial dimanfaatkan
untuk menganalisis khazanah kultural yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di egara-negara pascakolonial, lebih khusus lagi adalah negara-negara bekas
koloni Eropa
Seperti yang sudah di kutip beberapa dari penjelasan tentang
teori poskolonial, cerpen yang berjudul “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah”
mempunya unsure cerita yang termasuk cerita sosial tentang tokoh Aku yang
tinggal di sebuah desa. Di mana keadaan desa tersebut sedang ada tapik atau
gossip dengan pembahasan tentang ada tahi lalat di dada istri pak lurah, yang
menyebar begitu pesat dari mulut ke mulut warga desa tersebut. Entah siapa yang
memulai dan menyebarka isu seperti itu belum tahu kebenarnnya tetapi gossip dan
isu di antara warga desa tersebut semakin mencuak membuat tokoh Aku penasaran
akan kebenaran isu itu yang beredar semakin luas.
Adanya tokoh Pak Lurah adalah tokoh yang membuat inti
permasalahan dalam cerita novel tersebut. Yang di jelaskan bahwa tokoh pak
Lurah adalah pemimpin yang tidak benar karena ia hanya memikirkan soal
keuntungan jabatannya semata. Janji-janji yang ia lontarkan pada pemilihan
Lurah pun tak ia laksanakan pada tugasnya sebagi pemimpin. Ia sama sekali tidak
peduli akan nasib warganya sendiri bahkan beberapa masalah yang di keluhkan
oleh warga ia abaikan. Lurah di desa terebut malah terlihat seperti ingin
mengambil ke untungan dengan pengusaha pembangunan perumahan yang membeli
beberapa tanah milik warga. Lurah di desa terebut semakin memperkeruh masalah
dalam desa tersebut karena beberapa warga di desa tersebut tidak memiliki lahan
lagi untuk bekerja. Tokoh Lurah dalam cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak
Lurah” adalah contoh gambaran pemimpin yang mungkin terjadi dan ada di dunia
nyata pada zaman ini.
Dan munculnya tokoh Pak Bayan sebagai pemimpin pembangunan
perumahan, yang memiliki watak serakah dan egois juga pokok timbulnya
permasalahan yang ada di cerita cerpen tersebut. Pasalnya ia sering di kait-kaitkan
dengan istri pak Lurah. Beberapa ceita warga bahwa ia adalah selingkuhan dari
istri pak lurah, ia selalu datang ke rumah Pak Lurah menemui istri pak lurah,
ketika pak lurah sedang tidak ada di rumah. Hal ini sering di kaitkan dengan
wanita seperti istri pak lurah adalah wanita yang mampu menggoda para pemimpin
dan pejabat-pejabat tinggi. Tidak dengan isu itu saja. Pemimpin pembangungan
perumahan juga terlihat akrab dengan pak Lurah dan membuat warga selalu befikir
adanya kerja sama antara pak lurah dengan pak Bayan tentang proyek pembangunan
perumahan di desa tersebut. Hal seperti ini lah contoh penjajahan di masa
sekarang bahkan ada di dunia nyata terjadi di beberapa daerah dengan
permasalahan yang sama. Termasuk penjajahan antara rakyat rendah dengan pejabat
tinggi, pejabat-pejabat itu lah yang masih memikirkan tentang dirinya sendiri
tidak memikirkan tentang kesejahteraan rakyatnya dan menghilangkan masalah
perekonomian masyarakatnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Postkkolonia merupakan suatu kajian yang merefeksikan kembali masa
kolonial yakni interaksi antara penjajah dalam hal ini barat dengan masyarakat
pribumi yakni timur (orient). Dimana pada saat itu terjadi penguasaan dan
penundukan secara totalitas terhadap masyarakat pribumi yang meliputi segala
aspek, baik secara fisik maupun mental. Kondisi sosial kultural juga tidak
luput dari hegemoni barat.
Dalam kajian postkolonial, barat melakukan
hegemoni terhadap Negara bekas jajahan dengan mengkonstruk cara pandang bahwa
masyarakat barat merupakan sosok makhluk sempurna, sehingga tolak ukur
kebenaran berdasarkan praktek keBaratan. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah
sebuah Negara telah bebas dari cengkaraman penjajah, tidak berarti juga bebas
dari hegemoni atau penjajahan secara konsep. Dalam hal ini masyarakat timur
digiring cara pandang agar berkiblat ke barat.
Daftar Pustaka
1.
Anwar,M Shoim, 2017,
cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Surabaya
2.
Blog Lingua, 2015,
Teori pokolonial Edward W. Said: (linguag3.wordpress.com/2015/01/05/teori-poskolonial-edward-w-said/)
3.
Shartika Itha, 2011,
Pendekatan Teori Poskolonial dalam Kajian Sastra (ithasartika91.blogspot.co.id/2011/02/pendekatan-poskolonial-dalam-mengkaji.)
4.
Basri Hajon, 2014, Posmodernisme
dan Teori Poskolonial (harjonbasri.blogspot.co.id/2014/11/posmodernisme-dan-teori-postkolonial.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar