Selasa, 23 Mei 2017

Analisis cerpen "Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah" dalam kajian Postkolonial

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Poskolonial “posklonial” merupakan turunan dari kata “kolonial”. Istilah colony dalam bahasa Romawi berarti tanah pertanian atau pemukiman. Istilah ini mengacu pada orang-orang Romaawi yang tinggal di negeri-negeri lain, akan tetapi masih sebagai warga Negara Romawi. Oxford English Dictionary menjelaskan pengertian coloni sebagai sebuah pemukiman dalam sebuah negeri baru.., sekelompok orang yang bermukim dalam sebuah lokasi baru dengan membentuk sebuah komunitas yang tunduk atau terhubung dengan Negara asal mereka.
Anthony Appiah mengemukakan tentang adanya persamaan dan perbedaan penggunaan istilah “pasca/pos” pada kedua istilah tersebut, persamaannya adalah pasca/pos sama-sama menaruh perhatian pada persoalan historiografi dan refleksivitas dalam politik representasi cultural, walaupun artikulasi, interpretasi serta penyebaran keduanya memiliki perbedaan. Keduanya juga dianggap memiliki keterkaitan dengan poststrukturalisme dan postmodernisme.
Pada tahun 1978, Edward Said menerbitkan bukunya yang berjudul erientalism. Buku ini meahirkan kegerahan dan sekaligus pencerahan dalam berbagai disiplin ilmiah seperti kurtural studies, kajian wilayah dan secara khusus melahirkan kajian ilmiah yang dilingkungan akademis dikenal dengan analisis diskursus colonial. Gagasan Edwar Said sangat luas, ia membahas tentang berbagai contest local budaya, sehingga disebut juga dengan “travelling teory’. Bukunya yang berjudul power and culture : interviews with Edward Said merupakan perluasan buku orientalism ditambah dengan wawancaranya. Pemikiran Edwar Said diakui oleh kelompok yang mendukung kajian / discourses colonial dan yang menantangnya, talah meninbulkan pengaruh yangluar biasa bagi analisis kolonialisme dan pemikiran colonial. Lapangan penelitian baru yang dirintis oleh Edward Said dilingkungan dunia akademis, kemudian dikenal dengan teory pascacolonial (postcolonial theory).
Dalam konteks orientalisme dan kekuasaan barat untuk memasuki dan meneliti Negara dan budaya timur, dibuka kesempatan bagi mereka untuk memiliki serangkaian pengetahuan tantang kebudayaan-kebudayan tersebut. Kemudian pengetahuan itu menjamin dan melanggenkan kekuasaan barat di Negara-negara tersebut. Minat para orientalis akan bentuk – bentuk pengetahuan ilmiah, seperti Sejarah, Linguistik, Seni, Geograpi, Antropologi, dll yang muncul dalam zaman pencerahan melahirkan ilmu pengetahuan yang memenuhi semangat dan selera ara orientalis, dan kemudian ini menjdi contoh bagi pengetahuan yang negative, membeda-bedakan dan mendominasi. Melalui kritik terhadap ilmu pengetahuan dengan menggunakan persfektif “the other”, maka tokoh pascacolonial juga mengonstruksi bentuk-bentuk pengetahuan baru yang lebih baik dengan menghormati dan menghargai pihak-pihak lain.


B.   Rumusan Masalah
Ada pun Rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah Pengertian Teori Poskolonial?
2.      Apa Analisis cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” dalam teori Poskolonial?

C.    Tujuan
Ada tujuan – tujuan dalam  makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengetahui pengertian Teori Poskolonial
2.      Mengetahui analisi cerpen “Tahu Lalat di Dada Istri Pak Lurah” dalam teori Poskolonial







                                     PEMBAHASAN                                   
Pada tahapan yang paling mendasar, postkolonial mengacu kepada praktik-praktik yang berkaitan dan menggugat hierarki sosial, struktur kekuasaan, dan wacana kolonialisme. Pembacaan poskolonial berusaha menjelaskan bagaimana suatu teks mendestabilisasi dasar pikiran kekuatan kolonial, atau bagaimana teks-teks tersebut mengedepankan efek kolonialisme.

      Griffiths dan Tiffin sebagaimana dikutip Aziz (2003: 201) menjelaskan bahwa postkolonial merujuk kesan ataupun reaksi kepada kolonialisme semenjak ataupun selepas penjajahan. Sebenarnya, penjajahan masih berlangsung di setengah negara, dan pengalaman negara-negara ini diterjemahkan sebagai neokolonialisme oleh para golongan Markis. Mereka berpendapat bahwa penjajahan kini bukan lagi dalam konteks politik saja tetapi ekonomi serta budaya. Dalam koneks kesusasteraan paskolonial, karya-karya yang dihasilkan semasa atau selepas penjajahan diterima sebagai karya kesusasteraan paskolonial apabila karya itu merekamkan atau memancarkan wancana pascakolonial. Dengan kata lain, kesusasteraan poskolonial tidak terikat dengan masa, tetapi terikat dengan wacana poskolonial.

      Pernikiran-pemikiran Foucault tentang pengetahuan/kekuasaan dimanfaatkan oleh sejumlah pemikir yang menggagas teori poskolonial. Teori dan kritik poskolonial yang marak sejak tahun 1980-an di Amerika Serikat, lnggris, dan Australia pada awalnya dipelopori oleh Leopold Senghor, Dominique O'manononi, Aimme Cesaire, Frants Fannon, dan Albert Memmi, yang menyorot berbagai aspek dan dimensi pengalaman penjajahan. Bedanya, generasi yang mengembangkannya kemudian, misalnya Edward Said dan Hhomi Bhaba, sangat dipengaruhi oleh pemikiran poststrukturalis, terutama Derrida dan Foucault (Budianta, 2004:49).

      Sesungguhnya wacana poskolonial memperjuangkan politik pertentangan, namun, ada yang berpendapat bahwa hal ini tidak boleh disamakan dengan antikolonialisme seperti yang ditegaskan oleh Bussnett (Aziz, 2003: 200) yang melihat paskolonialisme berbeda dari pada anti kolonialisme karena wacana yang ini tidak terlepas dengan menerima hakikat kesan penjajahan terhadap yang dijajah, dengan kata lain, walaupun wacana poskolonial ataupun poskolonialisme memberi reaksi yang menolak hegemoni dan autoriti barat, namun kesan hubungan yang kompleks antara penjajah dengan yang dijajah telah memberi kesan pada pembentukan budaya poskolonial, dan seterusnya mempengaruhi pembentukan kesusasteraan poskolonial.

       Beberapa topik yang dikembangkan oleh poskolonial adalah masalah ras, etnisitas, dan identitas budaya. Pembicaraan mengenai topik¬-topik ini didasari oleh asumsi yang telah digariskan sejak Derrida, yakni bahwa segala sesuatu bentuk identitas merupakan bangunan (atau anggitan) sosial, bukan merupakan suatu esensi yang telah ditentukan secara biologis (Budianta, 2004:51). Seperti pada cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah”, yang di dalam cerita cerpen tersebut di ceritakan, beberapa warga yang terus menceritakan tentang terletaknya tahi lalat yang berada di dada istri pak lurah, dengan di dukung beberapa topik pembicaraan warga tentang gossip-gosip tentang istri ke dua pak Lurah. Dan isuh pak Lurah bekerja sama dengan pengusaha pengembang perumahan yang membeli tanah warga secara paksa.


      Objek penelitian poskolonial menurut Ashcroft (Ratna, 2008:90) mencakup aspek-aspek kebudayaan yang pernah mengalami kekuasaan imperial sejak awal terjadinya kolonisasi hingga sekarang, termasuk berbagai efek yang ditimbulkannya. Walia (Ratna, 2008:90) mendefinisikan objek postkolonialisme sebagai segala tulisan yang berkaitan dengan pengalaman kolonial. Ratna (2008:90) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan teori poskolonial adalah cara-cara yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya, yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa modern. Seperti pada cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” dengan timbulnya topic permasalah pada cerpen tersebut berdampak pada perekinomian warga yang menurun karena lahan mereka untuk bekerja dan lahan desa mereka yang semakin menyempit akibat pembangunan perumahan.

                                          



a.       Tempat dan Pemindahan

      Tempat dan pemindahan adalah masalah umum dalam kajian sastra poskolonial. Pemindahan disebabkan oleh kebutuhan kolonial untuk ketertiban, proses hibridisasi sebagai suatu keadaan yang muncul akibat belenggu kolonialisme dan upaya untuk menemukan kembali jati dirinya, dan yang terakhir adalah globalisasi.
Dalam proses didefinisikan kembali oleh kolonialisme, tak diragukan lagi bahwa ada individu yang mengalami pemindahan, pengucilan, dan marginalisasi. Pemerintah kolonial membutuhkan "Penempatan" karena ini dibebankan pada serangkaian dinamika yang sudah lebih dahulu ada, yang perlu membawakan pemindahan.   Karena kekuatan hegemonik dari pemerintah kolonial dipertahankan mulai kontrol yang ketat dan tekanan untuk terus menerus menjaga segala sesuatu tetap pada tempatnya, penjajah harus berhati-hati terhadap kekacauan yang menuntut kedewasaan terus menerus. Ingin dilakukan dalam banyak cara, misalnya tekanan polisi, melarang semua gerakan populer atau dengan cara korupsi. mekanisme yang dipakai bersifat terus menerus dan teratur.
            Pada cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Latar tempat dalam cerita adalah di sebuah desa dan di dalam rumah. Ada pun pemindahan tempat dan peristiwa antar sub pembahasan cerita tetapi masih tetap menyambung pada inti pemasalahan topic dalam cerpen.



b.      Dekonstruksi

      Istilah dekonstruksi yang diperkenalkan oleh Jacques Derrida melalui buku-bukunya, antara lain Of Grammatology, hriiting and Difference, Dissemination, dalam ilmu sastra mengacu pada model/metode analisis (atau model yang argument filosofis) yang dipakai dalam membaca berhagai macam teks sastra maupun nonsastra, untuk menunjukkan ketidaksesuaian dengan logikalretorika antara yang secara eksplisit disebutkan dan yang secara emplisit tersembunyi dalam teks. Kajian dekonstruksi menunjukkan bagaimana kontradiksi-kontradiksi tersebut disamakan oleh teks.
      Poskolonial menerapkan dekonstruksi dengan mengidentifikasikan logo sentrisisme dengan ideologi yang membuat dikotomediner hirarkis antara Barat Timur, rasio/emosi, masyarakat beradab/masyarakat primitif, dan lain-lain yang menjadi dasar pembenaran kolonialisme dan imperealisme.
      Berdasarkan uraian di atas, analisis prosa fiksi dengan model analisis poskolonial dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan berbagai isu sekaitan dengan wacana poskolonial, konsep kekuasaan, konsep penjajahan, tindakan subversif penjajah dan penjajahan, masalah ras, etnisitas, identitas budaya, gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya, yang terjadi di negara-negara bekas jajahan. Semua analisis sekaitan konsep poskolonial tersebut disesuaikan dengan kenyataan teks. Seperti pada cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak lurah” tentang bagaiman penjajahan pada cerita cerpen tersebut adalah di gambarkan dengan kepala Desa atau biasa di sebut Lurah di desa tersebut adalah pemimpin yang tidak membuar warganya merasa puas dengan hasil kerjanya, bahkan Lurah tersebut tidak peduli dengan keluhan yang di katakana oleh warganya dia hanya mementingkan kesenangan jabatannya dan berusaha mendapatkan uang dari pengusaha pembangunan perumahan yang ingin membeli tanah warga. Padahal dengan adanya pembangunan perumahan warga tidak bisa memiliki lahan untuk bekerja lagi dan semakin sempit lahan desa mereka.

Ada 4 alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis melalui teori-teori poskolonial.
1.  Sebagai gejala kultural sastra menampilkan system komunikasi antara pengirim dan penerima, sebagai mediator antara masa lampau dengan masa sekarang.
2.  Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan intelektualitas, fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3.  Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah manifestasinya yang paling signifikan.
4.  Berbagai masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak Nampak. Di sinilah egaray oriental ditanamkan, di sini pulalah analisis dekontruksi poskolonial dilakukan.


Adapun egar-ciri poskolonial ialah sebagai berikut:
1.  Anti-esensialisme (bahwa sastra bukan suatu teks yang ajeg dan permanen, tetapi merupakan hasil bentukan realitas di luarnya)
2.  Anti-determinisme (bahwa sastra bukan teks yang pasif, yang dibentuk secara tetap dan pasti sebuah struktur, tetapi juga membentuk dan menciptakan struktur-struktur baru)
3.  Anti-universalisme (bahwa sastra bukan teks yang berlaku secara universal, tetapi lahir dari negoisasi-negoisasi kulturalnya sendiri yang bersifat lokal dan partikular)
4.  Kajian poskolonial bukanlah kajian yang terpaku pada aspek formal dan structural dari karya sastra tetapi kajian-kajian yang ingin membaca secara cair, flexible dan radikal dimensi-dimnsi kritis dari sastra, dalam relasinya dengan kekuasaan (yang dipahami secara luas dan cair pula) dalam teks sastra maupun formasi sosial yang membentuknya.
5.  Pada kajian poskolonial, kekuasaan tersebut adalah relasi-relasi kuasa yang diakibatkan oleh penjajahan dan kolonisasi, kekuasaan itu adalah relasi-relasi kuasa akibat kapitalisasi.[16]
Menurut Nyoman (2004:211) ada egar penting dari teori poskolonial. Secara defenitif teori poskolonial dimanfaatkan untuk menganalisis khazanah kultural yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di egara-negara pascakolonial, lebih khusus lagi adalah negara-negara bekas koloni Eropa 


Seperti yang sudah di kutip beberapa dari penjelasan tentang teori poskolonial, cerpen yang berjudul “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” mempunya unsure cerita yang termasuk cerita sosial tentang tokoh Aku yang tinggal di sebuah desa. Di mana keadaan desa tersebut sedang ada tapik atau gossip dengan pembahasan tentang ada tahi lalat di dada istri pak lurah, yang menyebar begitu pesat dari mulut ke mulut warga desa tersebut. Entah siapa yang memulai dan menyebarka isu seperti itu belum tahu kebenarnnya tetapi gossip dan isu di antara warga desa tersebut semakin mencuak membuat tokoh Aku penasaran akan kebenaran isu itu yang beredar semakin luas.
Adanya tokoh Pak Lurah adalah tokoh yang membuat inti permasalahan dalam cerita novel tersebut. Yang di jelaskan bahwa tokoh pak Lurah adalah pemimpin yang tidak benar karena ia hanya memikirkan soal keuntungan jabatannya semata. Janji-janji yang ia lontarkan pada pemilihan Lurah pun tak ia laksanakan pada tugasnya sebagi pemimpin. Ia sama sekali tidak peduli akan nasib warganya sendiri bahkan beberapa masalah yang di keluhkan oleh warga ia abaikan. Lurah di desa terebut malah terlihat seperti ingin mengambil ke untungan dengan pengusaha pembangunan perumahan yang membeli beberapa tanah milik warga. Lurah di desa terebut semakin memperkeruh masalah dalam desa tersebut karena beberapa warga di desa tersebut tidak memiliki lahan lagi untuk bekerja. Tokoh Lurah dalam cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” adalah contoh gambaran pemimpin yang mungkin terjadi dan ada di dunia nyata pada zaman ini.
Dan munculnya tokoh Pak Bayan sebagai pemimpin pembangunan perumahan, yang memiliki watak serakah dan egois juga pokok timbulnya permasalahan yang ada di cerita cerpen tersebut. Pasalnya ia sering di kait-kaitkan dengan istri pak Lurah. Beberapa ceita warga bahwa ia adalah selingkuhan dari istri pak lurah, ia selalu datang ke rumah Pak Lurah menemui istri pak lurah, ketika pak lurah sedang tidak ada di rumah. Hal ini sering di kaitkan dengan wanita seperti istri pak lurah adalah wanita yang mampu menggoda para pemimpin dan pejabat-pejabat tinggi. Tidak dengan isu itu saja. Pemimpin pembangungan perumahan juga terlihat akrab dengan pak Lurah dan membuat warga selalu befikir adanya kerja sama antara pak lurah dengan pak Bayan tentang proyek pembangunan perumahan di desa tersebut. Hal seperti ini lah contoh penjajahan di masa sekarang bahkan ada di dunia nyata terjadi di beberapa daerah dengan permasalahan yang sama. Termasuk penjajahan antara rakyat rendah dengan pejabat tinggi, pejabat-pejabat itu lah yang masih memikirkan tentang dirinya sendiri tidak memikirkan tentang kesejahteraan rakyatnya dan menghilangkan masalah perekonomian masyarakatnya.


















PENUTUP

Kesimpulan
Postkkolonia merupakan suatu kajian yang merefeksikan kembali masa kolonial yakni interaksi antara penjajah dalam hal ini barat dengan masyarakat pribumi yakni timur (orient). Dimana pada saat itu terjadi penguasaan dan penundukan secara totalitas terhadap masyarakat pribumi yang meliputi segala aspek, baik secara fisik maupun mental. Kondisi sosial kultural juga tidak luput dari hegemoni barat.
Dalam kajian postkolonial, barat melakukan hegemoni terhadap Negara bekas jajahan dengan mengkonstruk cara pandang bahwa masyarakat barat merupakan sosok makhluk sempurna, sehingga tolak ukur kebenaran berdasarkan praktek keBaratan. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah sebuah Negara telah bebas dari cengkaraman penjajah, tidak berarti juga bebas dari hegemoni atau penjajahan secara konsep. Dalam hal ini masyarakat timur digiring cara pandang agar berkiblat ke barat.








Daftar Pustaka
1.      Anwar,M Shoim, 2017, cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” Surabaya
2.      Blog Lingua, 2015, Teori pokolonial Edward W. Said: (linguag3.wordpress.com/2015/01/05/teori-poskolonial-edward-w-said/)
3.      Shartika Itha, 2011, Pendekatan Teori Poskolonial dalam Kajian Sastra (ithasartika91.blogspot.co.id/2011/02/pendekatan-poskolonial-dalam-mengkaji.)
4.      Basri Hajon, 2014, Posmodernisme dan Teori Poskolonial (harjonbasri.blogspot.co.id/2014/11/posmodernisme-dan-teori-postkolonial.)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar